Ekstraksi dan Saponifikasi Minyak Biji Alpukat (Persea Americana)
Identifikasi
Materi Kimia : Ekstraksi dan Saponifikasi
Judul : Proses Ekstraksi dan Saponifikasi Minyak Biji Alpukat
Deskripsi Materi
Indonesia merupakan negara yang memiliki
beragam tumbuh-tumbuhan, salah satunya adalah tumbuhan buah alpukat. Hampir semua masyaratakat Indonesia mengenal dan menyukai buah alpukat ini. Produksi alpukat
cukup tinggi di Indonesia,
hal ini dapat dibuktikan dengan data produksi buah alpukat pada tahun 2014 dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang
mencapai 307.326 ton per tahun dan selalu
meningkat setiap tahunnya. Sehingga biji buah alpukat ini menjadi suatu limbah yang harus segera ditangani.
Buah alpukat terdiri dari 65% daging
buah, 20% biji, dan 15% kulit buah. Biji alpukat mengandung minyak yang hampir
sama dengan kedelai
sehingga biji alpukat
dapat dijadikan sebagai minyak nabati. Minyak biji alpukat (avocado oil) dikenal dengan beberapa khasiatnya salah satunya yakni mampu merawat
kulit karena mengandung berbagai macam vitamin dan asam
lemak. Komponen utama asam lemak yang
terkandung dalam minyak ini adalah asam oleat yang berkhasiat untuk melembabkan kulit. Penggunaan sabun merupakan salah satu solusi
untuk mengatasi kulit kering. Oleh karena itu, penulis ingin membuat suatu sabun yang dibuat dengan
bahan dasar biji minyak alpukat.
1. Alpukat
Gambar 1. Buah Alpukat |
Alpukat
adalah tanaman diploid
(2n=12), termasuk monokotil
yang berbiji tunggal yang besar. Kulit dan cangkangnya cukup tebal, dagingnya
empuk, ada lapisan
dalam tipis yang berbatasan dengan mantel biji. Berat buah rata-rata
antara 200 – 400 gram, tetapi beberapa ada yang mencapai
600 – 700 gram, tergantung pada varietasnya. Jumlah buah tiap taunnya ±200 buah/pohon. (Aak, 1992). Alpukat mengandung banyak manfaat seperti
protein, mineral Ca, Fe, vitamin A, B,C dan E
(Yulistia Budianti, 2016)
Kandungan dalam alpukat meliputi
saponin, alkaloid, flavonoid, polifenol, quersetin yang dapat digunakan
sebagai obat antiinflamasi atau sebagai agen antibakteri.
Minyak alpukat mengandung vitamin E, kalium, antioksidan, lesitin dan banyak nutrisi lain yang dapat menyehatkan
kulit. Selain itu, minyak alpukat juga melembabkan, menenangkan kulit dan melindungi kulit dari
sinar UV.
Gambar 2. Minyak Alpukat |
Minyak alpukat adalah minyak yang biasa
digunakan dalam industri kosmetik, pelembab
dan sabun. Minyak ini mengandung sejumlah besar vitamin A, D dan E. Minyak alpukat merupakan bahan penting
bagi kulit karena memiliki sifat pelembab dan
regenerasi, sehingga digunakan sebagai produk anti-penuaan. Penuaan dan anti- kerut, meningkatkan. keringkan kulit dan
berikan elastisitas pada kulit. (Chimsook, 2017)
Minyak biji alpukat adalah minyak yang
diperoleh dari ekstraksi alpukat, yang digunakan sebagai
salah satu bahan dalam industri
kosmetik. Minyak ini dapat diperoleh dengan metode
tradisional, yaitu dengan
menghancurkan daging buah dalam air,
kemudian memanaskan dan mendapatkan minyak
yang dihasilkan. (Ordu J, 2018)
Minyak biji alpukat mengandung asam
lemak tak jenuh tunggal yang tinggi (74%), asam lemak tak jenuh ganda
(11%), dan asam lemak jenuh (13%). Konsentrasi asam lemak tersebut
dapat sedikit berbeda
karena dipengaruhi faktor varietas, kematangan buah, dan faktor lingkungan
pertumbuhan (Arpaia M, 2006). Asam oleat merupakan
asam lemak tak jenuh tungal yang jumlahnya paling banyak dalam miyak alpukat yaitu 70 - 74% (Human, 1987) .
Asam lemak ini bersifat stabil, efektif menurunkan
kolesterol darah, dan mempunyai aktivitas antioksidan. (Jacoeb AM, 2014)
Minyak biji alpukat kaya akan vitamin
A, D, E, dan senyawa
lesitin. Kandungan ini berkhasiat melembabkan, meregenerasi kulit, memperbaiki kulit kering, dan memberikan elastisitas pada kulit. Kandungan
senyawa tersebut juga dapat mengencangkan, melunakkan, dan memperbaiki
sel epidermis. Minyak alpukat juga mempunyai
fungsi proteksi yang melindungi kulit dari gangguan eksternal seperti angin, suhu yang dingin, sinar matahari,
mengurangi gatal, dan luka bakar. Minyak biji alpukat
dapat meningkatkan sintesis
kolagen dan menurunkan jumlah sel inflamasi
selama proses penyembuhan luka. Minyak biji alpukat merupakan tabir
surya alami yang menjaga
kulit dari sinar UV yang berbahaya untuk kesehatan kulit (Lin T, 2018)
Minyak alpukat biasanya diaplikasikan pada produk kosmetik misalnya dalam sampo untuk bayi, produk perawatan rambut yang rusak, krim penutrisi untuk kulit kering, produk tabir surya, dan produk untuk sekitar mata. Kelebihan minyak alpukat sebagai kosmetik alami yaitu mempunyai sifat penetrasi yang cepat dan aman digunakan berdasarkan hasil tes toksikologi (Gupta SK, 2018) . Minyak ini sangat mudah diserap sehingga akan cepat menembus ke dalam kulit. Hal tersebut bermanfaat untuk mempercepat proses regenerasi sel baru dan meningkatkan sirkulasi dalam kulit (Lianti, 2014)
Ekstraksi
Proses pemisahan dari
satu atau lebih komponen pada suatu campuran yang homogen dengan
menggunakan pelarut cair (solven)
sebagai separating agent disebut dengan ekstraksi. Pemisahan tersebut dapat terjadi atas dasar
kemampuan kelarutan yang berbeda
dari setiap komponen
di dalam campuran. Proses ekstraksi berawal
dari adanya penggumpalan ekstrak
dengan pelarut yang kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga bahan ekstraksi dan pelarut mengalami
pengendapan massa secara difusi.
Secara difusi berarti proses pemisahannya terjadi karena adaya perpindahan solute, searah dari fasa diluen ke fasa solven sebagai akibat beda potensial diantara dua fasa yang saling
kontak sedemikian hingga pada suatu saat system berada
dalam keseimbangan (Santosa, 2004
)
Proses dari pemisahan secara esktraksi terdiri dari beberapa langkah, yakni:
a. Langkah pencampurannya dengan cara menambahkan sejumlah massa solven
sebagai tenaga pemisahnya (massa separating agent)
b. Langkah dalam pembentukan fasa kedua atau fasa ekstrak yang dapat diikuti dengan pembentukan keseimbangan
c. Langkah pemisahan terhadap kedua fasa seimbang
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi ekstraksi, diantaranya metode ekstraksi, jenis dan konsentrasi pelarut, ukuran partikel dari bahan yang akan diekstraksi, waktu ekstraksi, suhu, serta rasio pelarut terhadap bahan dan pH ekstraksi.
Secara umum, berdasarkan bahan dan metodenya, ekstraksi sendiri dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni ekstraksi padat - cair dan ekstraksi cair-cair.
1. Ekstraksi Padat – Cair (Leaching)
Ekstraksi padat cair (leaching) adalah proses pemisahan suatu zat terlarut yang terdapat dalam suatu padatan dengan mengontakkan padatan tersebut dengan pelarut (solvent) sehingga padatan dan cairan bercampur dan kemudian zat terlarut terpisah dari padatan karena larut dalam pelarut. Pada ekstraksi padat cair terdapat dua fase yaitu fase overflow (ekstrak) dan fase underflow (rafinat/ampas) (Mc.Cabe, 2002).
Metode yang digunakan
untuk ekstraksi akan ditentukan oleh banyaknya zat yang larut, penyebarannya dalam padatan, sifat padatan dan
besarnya partikel. Jika zat terlarut menyebar
merata di dalam padatan, material
yang dekat permukaan
akan pertama kali larut terlebih
dahulu. Pelarut, kemudian
akan menangkap bagian pada
lapisan luar sebelum mencapai zat terlarut selanjutnya, dan proses akan
menjadi lebih sulit dan laju ekstraksi
menjadi turun.
Biasanya proses leaching berlangsung dalam tiga tahap, yakni:
a.
Pertama, perubahan fase dalam zat terlarut yang diambil pada saat zat pelarut
meresap masuk
b.
Kedua, terjadi proses difusi pada
cairan dari dalam partikel padat menuju keluar
c.
Ketiga, terjadinya perpindahan zat
terlarut dari padatan ke zat pelarut. Dengan begitu
pemilihan solven menjadi
sangat penting, kriteria
solven yang digunakan adalah:
a. Solut memiliki kelarutan yang lebih besar dibandingkan kelarutan solven, tetapi solven sedikit atau tidak melarutkan diluen.
b. Tidak mudah menguap saat proses ekstraksi
c. Mudah sipisahkan dari solute, sehinga dapat dipergunakan kembali
Adapun macam-macam metode ekstraksi:
a. Ekstraksi Cara Dingin
Gambar 3. Maserasi |
Gambar 4. Perkolasi |
Perkolasi merupakan suatu proses penyaringan simplisia dengan cara melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam percolator. Tujuannya supaya zat yang berkhasiat tahan atau tidak tahan panas dapat tertarik seluruhnya. (Alam, 2007)
b. Ekstraksi Cara Panas
1. Metode Refluks
Gambar 5. Metode Refluks |
Salah satu metode sintesis senyawa anorganik adalah refluks, metode ini digunakan apabila dalam sintesis tersebut menggunakan pelarut yang volatil. Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung.
Gambar 6. Metode Soxhlet |
Gambar 8. Reaksi Saponifikasi |
GLOSARIUM
1. Monokotil : Tumbuhan monokotil dapat diartikan juga sebagai jenis tumbuhan dengan biji berkeping satu, biji tunggal atau (mono).
2. Diploid : Kromosom homolog yang berpasangan atau dalam satu set
3. Saponin : senyawa bahan alam yang memiliki sifat ampifilik serta dapat menurunkan tegangan pada permukaan
4. Alkaloid : Golongan senyawa basa bernitrogen
yang heterosiklik dan terdapat pada tumbuhan
serta berfungsi memacu sistem saraf, menaikkan atau menurunkan tekanan
darah dan melawan infeksi mikroba
5. Flavonoid : Salah satu jenis antioksidan yang berfungsi menangkal
radikal bebas
6. Polifenol :
senyawa alami yang terkandung dalam tumbuhan dan berperan sebagai
antioksidan yang bermanfaat untuk memelihara kesehatan tubuh
7. Quersetin : pigmen tanaman yang mengandung senyawa antioksidan yang cukup kuat yang berfungsi
untuk mengurangi gejala alergi dan menangkal radikal
bebas
8. Antiinflamasi : Dapat disebut dengan antiradang yakni sifat yang mengurangi peradangan
9. Asam lemak : Asam
karboksilat dengan rantai alifatik panjang yang jenuh maupun tak jenuh
berfungsi sebagai energi untuk otot, jantung
dan organ lain
10. Varietas : sekelompok tanaman dari suatu
jenis atau spesies tanaman yang memiliki
karakteristik tertentu seperti bentuk, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, dan biji yang dapat membedakan dari jenis atau spesies tanaman
lain, dan apabila
diperbanyak tidak mengalami
perubahan
11. Solute : Zat terlarut
12. Solvent : Zat Pelarut
13. Simplisia : bahan
alamiah yang telah dikeringkan
14. Volatile : Mudah menguap
15. Esterifikasi : reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung
antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol
DAFTAR PUSTAKA
Aak. (1992). Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Yogyakarta : Penerbit Kanisius .
Alam, G. d. (2007).
Penuntun Praktikum Fitokimia. Makassar: UIN Alauddin
.
Arpaia M, J. C. (2006).
Avcoado Postharvest Quality.
Proc Calif Avocado Research
Symposium, 143-155.
Chimsook. (2017). Formulation of Skin Care Cream from Avocado Oil and Adlay
Seed Extract. International
Journal Applied Science and Technology, 53 -34.
Gupta SK, S. P. (2018). Nutritional and Pharmceutical Benefits
of Avocado Plant. Journal
of Advanced Scientific Research
, 5.
Human, T. (1987). Oil as a by product of the avocado.
South African: Avocado Growers’
Association Yearbook,
159-162.
Jacoeb AM, S. P. (2014).
Kandungan Asam Lemak,
Kolesterol, dan Deskripsi Jaringan Daging Belut Segar dan Rebus. JPHPI, 139-140.
Lianti, R. (2014).
Khasiat Dahsyat Alpukat. Jakarta: Healthy Books.
Lin T, Z. L. (2018). Anti Inflammatory and Skin Barrier Repair Effects of Topical
Application of Some Plant
Oils. International Journal
Molecular Sciences, 12.
Mc.Cabe, W. L. (2002). Unit Operation of Chemical Engineering Edition 4. Singapore: Mc.
Grow Hill International Book Co.
Ordu J, J. G. (2018). Evaluation of Pulp Oil from
Persea Americana ( Avocado Fruit ) in Pharmaceutical
Cream Formulation. International Journal
Advances in Scientific Research Engineering, 16.
Santosa, H. (2004 ). Operasi Teknik Kimia Ekstraksi. Semarang : Universitas Diponegoro. Sastrohamidjojo, H. (2005). Kimia Dasar Edisis 2. Yogyakarta: UGM Press.
Sudjadi, D. (1986).
Metode Pemisahan. Yogyakarta : UGM Press.
Yulistia Budianti, d. (2016). UJI AKTIVITAS EKSTRAK
ETANOL 70% DAUN
Zulkifli, M. d. (2014).
Sabun Dari Destilat
Asam Lemak Minyak Sawit. Kajian Pustaka,Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, 171-174.
Komentar
Posting Komentar